Minggu, 18 Maret 2012

Ukiran Namamu Dihatiku

Yang nulis namanya arifarahma pas jam 04.00
Namamu telah terukir indah dalam hatiku. Aku ingin menghapus ukiran itu. Tetapi tak seperti yang kubayangkan. Sulit.

***
                Gadis itu mencari-cari kakak kelasnya yang bernama Rio. Memang mereka bersekolah di sekolah yang sama. Mungkin karena gadis yang bernama Alyssa Saufika atau yang biasa dipanggil Ify itu memiliki sifat pendiam atau bahkan kuper, jadi gadis itu tak pernah melihat kakak kelasnya yang bernama Rio itu. Tahu namanya saja tidak. Ia kenal Rio karena temannya dan karena Rio mendekatinya lewat SMS.
                Pertama bertemu, Ify merasa hatinya berdesir. Entah mengapa. Ify pun tak tahu. Jantungnya berdegup kencang. Ify terus berjalan sambil menatap Rio. Akhirnya ia menyadarinya. Bahwa ia sedang jatuh cinta.
                Hari berganti demi hari. Ify mulai semakin dekat dengan Rio walaupun baru beberapa hari berkenalan. Dan akhirnya, khayalan Ify pun benar-benar terjadi. Rio menyatakan cintanya.
                Ify masih belum percaya. Bagaimana mungkin khayalan itu menjadi kenyataan. Padahal Ify tak terlalu banyak berharap menjadi kekasih Rio. Hati tak bisa berbohong, Ify menerimanya.
                Mulai detik itu, hari itu, bulan itu, tahun itu, gadis pemilik nama Ify itu resmi menjadi kekasih Rio. Ia berharap, ia tak salah memilih. Ia berharap, ia takkan disakiti lagi. Ify mulai mengukir nama itu di dalam hatinya. Satu nama istimewa yang akan mewarnai hidupnya. Seseorang yang akan selalu menemani hari-harinya sebagai kekasih. Ia ingin merajut cintanya dengan Rio dengan kesetiaan, kasih sayang, dan pengertian. Ia yakin dengan ketiga hal tersebut, perjalanan cintanya tidak akan pernah terhalangi oleh apapun.
                Kini, setiap malam Ify selalu senyum-senyum sendiri di dalam kamarnya. Satu hal yang membuatnya begitu. Karena Rio. Walaupun hanya lewat SMS, Ify membayangkan kata-kata manis itu sedang diucapkan langsung oleh Rio. Romantis.
                Dari hari ke hari, Ify semakin mencintai Rio. Ia tak ingin kehilangan Rio. Tetapi pada suatu hari ia menyadari sesuatu. Sesuatu yang sedang mengganjal dalam hubungannya dengan Rio. Ify ingin menanyakan pada Rio apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi Ify takut. Ify takut jika Rio marah karena Rio menganggap Ify tidak percaya dengan kekasihnya itu. Karena Ify pernah cemburu dengan hubungan Rio dan perempuan lain. Ify menanyakannya tetapi Rio menyuruh Ify untuk percaya saja dengannya. Ify pun diam. Akhirnya Ify menepis keraguan itu. Ify menepis kecurigaan itu.
                Selama sebulan, Ify sudah tidak tahan dengan sikap Rio. Ify merasa, ada sesuatu yang terjadi dengan Rio dan Zeva, mantan kekasihnya. Ify pun meluncurkan segala pertanyaan tentang Zeva kepada Rio. Rio pun menjawab dengan jujur. Ia mengakui apa yang terjadi sebenarnya.
                Malam itu, hati Ify tak tenang. Hawa dingin itu sepertinya tidak bisa melawan panasnya hati Ify. Rio dan Zeva. Terikat suatu hubungan yang sangat tidak diinginkan oleh Ify bahkan siapapun. Bagaimana tidak, Rio yang sudah berjanji pada Ify untuk setia. Bahkan mengingkarinya. Ia selingkuh dengan mantan kekasihnya. Ia menduakan Ify.
                Ify terlanjur emosi. Dan pada akhirnya ia berurusan dengan Zeva. Zeva tiba-tiba saja mengirimkannya sebuah SMS. Dan itu berlanjut. Ify dan Zeva sama-sama terbawa emosi. Entah siapa yang benar dan siapa yang salah. Hanya Tuhan yang tahu itu semua.
                Ify menangis sepuasnya sendirian. Rasanya ia ingin menangis di pundak Rio. Tetapi rasanya itu tidak mungkin.
                Ia kecewa. Benar-benar kecewa. Sepandai-pandainya orang bersandiwara, pasti hatinya yang akan mengungkapkannya. Ify menahan tangis itu. Ify menahan kekecewaan itu. Ia ingin memaafkan Rio. Tetapi itu sulit.
                Tetapi pada akhirnya Ify mau memaafkan Rio. Ify dan Zeva sudah menyelesaikan masalahnya. Ify sudah memaafkan Zeva dan melupakan segalanya yang terjadi antara ia, Rio dan Zeva.
                Hanya karena satu hal. Cinta. Akhirnya Ify memaafkan Rio dan memercayai janjinya. Rio dan Ify pun memulai kembali hubungan mereka.
                Sebulan, dua bulan, hampir tiga bulan mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tiba-tiba Ify merasa menyesal telah menerima Rio sebagai kekasihnya. Ia masih terlalu kecil untuk mengenal cinta. Ia belum saatnya berpacaran. Tiba-tiba ia berkhayal, andai saja ia bertemu dengan Rio di saat ia sudah dewasa dan mengerti apa artinya cinta. Tetapi takdir berkata lain. Mereka berdua bertemu di saat mereka masih sama-sama duduk di bangku SMP.
                Ify ingin sendiri. Ify tidak mau berpacaran. Ify belum saatnya mengenal cinta. Masih banyak yang harus ia kerjakan yang lebih penting daripada berpacaran. Ify ingin memutuskan hubungannya dengan Rio. Tetapi Ify masih cinta.
***
                Pagi-pagi, Ify bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan Rio. Entah mengapa rasanya ia ingin memilih tidak bertemu dengan Rio. Tetapi akhirnya Ify pergi bertemu dengan Rio di suatu tempat.
                Ify menunggu. Tak lama kemudian Rio datang. Mereka berbincang. Tetapi ada hal yang berbeda dalam pertemuan kali ini. Keduanya lebih bungkam.
                Tidak sampai satu jam. Bahkan mungkin hanya setengah jam mereka bertemu. Rio tiba-tiba pamit pulang. Senyum tak lagi mengembang di wajah Ify. Ia berbeda. Rasanya ia tak bisa tersenyum lagi saat itu. Hatinya merasa sesuatu yang tidak enak.
                Rio melihat perubahan air muka Ify. Ia duduk kembali di samping Ify.
                “aku pulang dulu ya?” Ify diam. Ify rasa bukan karena Rio pamit pulang yang membuatnya cemberut. Tetapi ada hal lain yang terasa mengganjal di hatinya. Entah itu apa.
                “hey, lihat aku. Jangan cemberut gitu dong,” Rio menyentuh dagu Ify. Entah mengapa Ify tidak berani lagi menatap sepasang mata itu. Ia mengalihkan pandangannya.
                “ya udah. Pulang sana!” ucap Ify lembut tetapi dengan nada yang berbeda. Nada yang mengungkapkan kebencian.
                Rio mencium pelan pipi Ify. Ia berdiri lalu membelai pipi Ify dengan lembut.
“aku pulang dulu ya. Jangan cemberut,” Ify tak ingin menatap Rio lagi. Ify benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan hatinya saat ini. Yang ia tahu, ia hanya ingin pulang kemudian menangis dan menulis diary untuk meluapkan isi hatinya.
Akhirnya hal itu terjawab sudah. Rio berbicara jujur dengan Ify. Sebuah pesan singkat melayang ke hape Ify. Ify membacanya dengan hati yang tak menentu. Antara senang, sedih dan takut. Tiga rasa itu bercampur menjadi satu dalam hati Ify.
Rio mengungkapkan isi hatinya. Ia ingin hubungannya dengan Ify hanya sebatas kakak adik. Ify senang karena ia sendiri lagi. Ify sedih karena ia masih menyayangi Rio. Ify takut karena jika ia tidak bisa berteman lagi dengan Rio.
Ify pun berkata jujur bahwa sudah lama ia juga ingin mengakhiri hubungannya dengan Rio. Tetapi ia tidak enak hati dengan Rio. Dan karena satu hal, cinta. Karena ia masih mencintai Rio, ia masih bingung apakah ia akan memutuskan Rio atau tidak. Dan akhirnya Rio menyelamatkan kegalauan Ify. Ify sangat berterima kasih kepada Rio.
Mulai hari itu, Rio dan Ify memulai hal baru sebagai kakak adik. Ify hanya berharap, ia bisa berteman dengan langgeng daripada berpacaran yang tidak langgeng. Ify hanya berdoa kepada Tuhan agar ia selalu ada untuk Rio dan Rio selalu ada untuknya. Sebagai... adik dan kakak.
“Lagi. Dan akhirnya ku sendiri lagi. Karena kekasihku yang pergi. Meninggalkan sejuta kerinduan yang masih terpendam.”

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Notes Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea